Dari luar memang tempatnya tertutup. Tapi langkah pertama masuk, mata disuguhi sebuah bangunan berdinding gebyok. Bangunan itu menjadi pusat menu karena segala jenis makanan khas wedangan bisa dipilih pelanggan di situ.
Sebuah gazebo khas Jawa juga dibangun tepat di samping bangunan utama. Semakin ke dalam, beberapa kursi tua disiapkan berjajar minta diduduki dan tikar pun tergelar rapi di sampingnya. Tiga tempat itu menjadi pilihan untuk menikmati hidangan lengkap dengan bonus musik klenengan.

Sama dengan nama menu andalan, dipilihlah cangkir blirik untuk mewakili konsep lawas yang dipakai Isnan, ownernya. Foto diambil Selasa (17/9/2013).
Yakni Isnan Wihartanto (45) yang membuka Wedangan Cangkir Blirik sekitar satu setengah bulan lalu. Berawal dari mengamati banyaknya pendatang, Isnan mengangkat kuliner khas Solo. “Di Solo di setiap gang ada wedangan. Hanya saja suasana yang berbeda yang saya tawarkan,” katanya kepada Terasolo.com, Selasa (17/9/2013). Maka dipilihlah konsep Solo tempo dulu. Berbagai perabot berbau lawas lalu ia suguhkan termasuk cangkir blirik yang berpadu dengan nama wedangannya.
“Kalau di Solo, usaha kuliner bukan dilihat dari tempat strategis atau makanan yang murah dan enak,” kata Isnan ditanya soal alasan memilih konsep lawas. Ia berpendapat kalau para pendatang memilih tempat makan dari ulasan mulut ke mulut. Dan agar dibicarakan, dibutuhkan konsep dan menu yang benar-benar khas Kota Solo. “Mereka (pendatang.Red) jarang mencari wisata kuliner dengan konsep modern karena di tempat mereka sudah banyak,” imbuhnya.

Untuk menarik pendatang yang kebanyakan berwisata kuliner, konsep beda ditawarkan. Dipilihlah perabot, menu, dan nama yang membawa suasana ke zaman simbah.
Ditanya soal strategi pemasaran, Isnan mengaku masih dalam tahap memperkenalkan Wedangan Cangkir Blirik kepada masyarakat. Ia juga mengungkapkan rencananya untuk membuat konsep wedangan yang bisa dipanggil untuk acara-acara khusus. “Rencananya kami menerima panggilan untuk membawa grobak Wedangan Cangkir Blirik ini ke acara pernikahan dan sebagainya,” lanjutnya optimis.
Teh Cabli
Berbagai menu khas wedangan ditawarkan di wedangan di Jalan Banyuanyar Selatan Nomor 22B, Banyuanyar, Solo, itu. Untuk menu minuman yang paling khas yakni teh cabli, ramuan asli dari sang pemilik. Cara meminumnya pun dibuat berbeda. Pelanggan menyaring sendiri teh yang ada di cangkir blirik. Kemudian tinggal memasukkan gula batu kuning dengan takaran sesuai kemauan. “Untuk prosesi minum pun pelanggan dibawa ke zaman dulu,” lanjut Isnan sambil mempraktikkan prosesi minum teh cabli. Seporsi teh cabli bisa dinikmati dengan harga Rp4.500.
Ada pula menu minuman lain seperti teh greng yang berkasiat menambah vitalitas. Untuk makanan ada nasi bakar, nasi bandeng, nasi dang (kukus), lengkap dengan berbagai lauk gorengan dan sate-satean. Semuanya dipatok dengan kisaran harga antara Rp1.500 hingga Rp6.000. Dibuka mulai pukul 17.00-24.00 WIB, tiap harinya Isnan bisa meraup omzet hingga Rp1.500.000. “Satu setengah bulan pertama ini sambutan masyarakat bagus apalagi waktu libur lebaran kemarin,” akunya.